Selasa, 22 Maret 2016

PELAPORAN DAN PENGUNGKAPAN

                                      TUGAS SOFTSKILL
AKUNTANSI INTERNASIONAL
“PELAPORAN DAN PENGUNGKAPAN”


Kelompok 9
Nama anggota kelompok :
1.     Ria Murniati Wulandari          (26212245)
2.     Sri Hidayati                                      (27212117)
3.     Vallian Audrey Iswara            (27212540)
Kelas : 4EB03





Universitas Gunadarma
2016
BAB V
PELAPORAN DAN PENGUNGKAPAN
Perkembangan dan Pengungkapan
            Standar dan praktik pengungkapan dipengaruhi oleh sumber-sumber keuangan, undang-undang, berhubungan dengan politik dan ekonomi, tingkat perkembangan ekonomi, pendidikan, budaya dan faktor-faktor lainnya.
            Perbedaan pengungkapan nasional sebagian besar didorong oleh perbedaan di pengelolaan dan keuangan perusahaan. Di Amerika Serikat, Inggris Raya, dan negara Anglo-Amerika lainnya, ekuitas pasar paling berjasa dalam menyediakan keuangan bagi perusahaan dan menjadi sangat maju. Dalam semua pasar ini, kepemilikan cenderung menyebar diantara para pemegang saham, dan proteksi investor sangat ditekankan. Investor dari pihak institusi memainkan peran yang berkembang di negara-negara ini, menuntut pengembalian keuangan dan meningkatkan nilai pemegang saham. Pengungkapan publik yang telah maju dalam merespons akuntabilitas perusahaan kepada masyarakat luas.
            Di negara-negara lainnya (seperti Prancis, Jerman, Jepang dan berbagai negara dengan pasar yang baru muncul), pemegang saham tetap terkonsentrasi dan bank (dan/atau pemiliknya keluarga) secara tradisional telah menjadi sumber keuangan utama perusahaan. Susunan ditempatkan untuk melindungi yang sedang memegang manajemen. Bank (kreditor dan pemilik) dan pihak dalam lainnya (anggota perusahaan yang terdaftar dalm kelompok pemegang saham) menyediakan keteraturan. Semua bank ini, orang dalam dan lainnya hampir mengetahui posisi keuangan perusahaan dan aktivitasnya. Pengungkapan publik kurang berkembang dalam semua pasar ini dan perbedaan yang besar dalam bobot informasi yang diberikan dengan besar pemegang saham dan kreditor yang berhubungan dengan public mungkin diizinkan.




Pengungkapan Sukarela
            Beberapa kajian menunjukkan bahwa manajer berinisiatif untuk mengungkap informasi secara sukarela. Keuntungan dari pengungkapan sukarela mungkin menyangkut biaya transaksi yang lebih rendah dalam perdagangan sekuritas perusahaan, bunga yang lebih tinggi dari analisisi keuangan dan investor, meningkatkan likuiditas saham dan biaya modal yang rendah. Laporan perusahaan bisa mencapai keuangan keuntungan dalam pasar modal dengan mempertinggi pengungkapan secara sukarela. Laporan meliputi tuntunan bagaimana perusahan dapat menggambarkan dan menjelaskan investasi potensial kepada investor.
            Investor diseluruh dunia menuntut informasi yang mendetail dan berkala, tingkat pengungkapan sukarela meningkatkan negara dengan pasar yang telah maju dan baru muncul. Akan tetapi, hal ini telah diakui oleh banyak pihak bahwa laporan keuangan bisa menjadi mekanisme cacat untuk berkomunikasi dengan investor dari luar ketika insentif manajer tidak sebanding dengan bunga dari semua pemegang saham.
            Bukti-bukti kuat mengindikasikan bahwa manajer perusahaan sering memiliki insentif yang besar untuk menunda pengungkapan berita buruk, “mengatur” laporan keuangan mereka untuk memastikan kesan perusahaan yang lebih positif, dan menekankan keadaan dan prospek keuangan perusahaan. Perusahaan yang sangat tertekan mungkin memiliki risiko kebangkrutan yang lebih besar, akuisisi, atau permusuhan untuk menguasai perusahaan, yang mengarah pada perubahan manajemen. Persaingan yang buruk tercipta ketika pemilik informasi dibentuk oleh publik mungkin mengimbangi keuntungan  dari pengungkapan secara penuh.
Kebutuhan Pengaturan Pengungkapan
            Untuk melindungi investor, sebagian besar bursa sekuritas menentukan laporan dan kebutuhan pengungkapan pada perusahaan domestik dan asing untuk mencari akses pasar. Semua bursa ingin memastikan bahwa investor memiliki informasi yang cukup untuk mengevaluasi kinerja dan prospek perusahaan.
            Bursa saham dan pengaturan pemerintah secara umum membutuhkan perusahaan asing yang terdaftar untuk melengkapi semua informasi keuangan dan non-keuangan yang hampir sama seperti yang dibutuhkan untuk perusahaan domestik. Perusahaan asing yang terdaftar secara umum memiliki fleksibilitas yang berhubungan dengan prinsip akuntansi yang mereka gunakan dan untuk sejumlah pengungkapan. Di kebanyakan negara, perusahaan asing yang terdaftar harus menyimpannya dengan informasi bursa saham yang dibuat publik, mendistribusikannya kepada pemegang saham, atau dicatat dengan pengaturan di pasar domestik. Akan tetapi, banyak negara tidak mengawasi dan melaksanakan kebutuhan akan “pengungkapan kesesuaian antar-yurisdiksi”.
Frost dan Lang membahas dua objek investor berorientasi pasar: perlindungan investor dan kualitas pasar.
·         Proteksi Investor
Investor dijamin dengan informasi dan dilindungi dengan pelaksanaan dan pengawasan peraturan pasar. Kecurangan mencegah adanya penawaran publik, perdagangan, pemilihan dan sekuritas penawaran. Informasi keuangan dan non-keuangan yang bias dibandingkan telah ditemukan sehingga investor bisa membandingkan perusahaan area industri dan negara.
·         Kualitas Pasar
Pasar adalah adil, tersusun, efisien dan bebas dari penyalahgunaan dan perbuatan jahat. Keadilan pasar dipromosikan dengan akses informasi yang wajar dan kesempatan berdagang. Efisiensi pasar berkembang dengan kepercayaan investor dan mereka memfasilitasi pembentukan modal.
       Frost dan Lang mengulas empat prinsip pada investor yang terorientasi pasar yang harus dijalankan.
1.         Keefektifan biaya. Regulasi biaya pasar sebaiknya dibandingkan dengan keuntungan sekuritasnya.
2.         Fleksibilitas dan kebebasan pasar. Regulasi tidak seharusnya menghalangi kompetisi dan evolusi pasar.
3.         Laporan keuangan transparan dan pengungkapan menyeluruh.
4.         Perlakuan setara perusahaan domestik dan asing.
            Seperti Frost dan Lang catat, proteksi investor mewajibkan investor menerima        informasi secara berkala dan diproteksi dengan pengawasan dan pelaksanaan.            Pengungkapan harus memadai supaya investor mebandingkan perusahaan area          industri dan negara.

Pembahasan Laporan Keuangan SEC Amerika Serikat
            SEC secara umum mewajibkan pendaftar asing untuk melengkapi informasi keuangan yang pada hakikatnya sama dengan yang dibutuhkan perusahaan domestik. Laporan keuangan pendaftar tidak harus disiapkan menurut GAAP Amerika Serikat disajikan sesuai dengan prinsip lembaga akuntansi secara menyeluruh dan dilengkapi dengan rekonsiliasi kuantitatif dengan pendapatan bersih GAAP Amerika Serikat, ekuitas pemegang saham, dan pendapatan per saham secara material berbeda.
            Syarat laporan SEC secara umum konsisten dengan sasaran proteksi investor dan kualitas pasar. Kebutuhan laporan yang kuat mungkin meraih tujuan proteksi investor pada kesempatan mengurangi biaya investasi modal atau mengesankan biaya transaksi tinggi dalam berinvestasi.
            Beberapa pengamat menyatakan bahwa syarat laporan keuangan SEC bagi perusahaan asing menghalangi mereka dari pembuatan sekuritas yang ada di Amerika Serikat. Sebagai akibatnya investor Amerika Serikat lebih suka berdagang di pasar Over-the-Counter (OTC) AS atau pasar luar negeri dimana likuiditas lebih rendah, biaya transaksi relative tinggi, dan proteksi investor kurang penting daripada pertukaran nasional di Amerika Serikat dengan kesempatan investasi modal yang lebih banyak dengan mengurangi persyaratan laporan keuangan.
Praktik Pelaporan dan Pengungkapan
            Praktik pengungkapan laporan tahunan memperlihatkan respons manajer terhadap kebutuhan pengaturan pengungkapan dan insentif untuk menyediakan informasi laporan keuangan secara sukarela.
            Pada bagian ini, kita fokus pada (1) pengungkapan terhadap informasi ke depan, (2) segmen pengungkapan, (3) pelaporan tanggung jawab social, (4) pengungkapan khusus untuk laporan keuangan non-domestik, (5) pengungkapan pengaturan perusahaan, dan (6) pengungkapan dan pelaporan usaha internet.
Pengungkapan Informasi Progresif
            Pengungkapan informasi progresif adalah pertimbangan tinggi yang relevan di dalam kesetaraan pasar. Istilah informasi progresif meliputi (1) perkiraan pendapatan, laba (rugi), arus kas, pengeluaran modal, dan hal keuangan lainnya; (2) tujuan informasi mengenai kinerja dan posisi ekonomi dimasa depan yang tidak menentu dari pada perkiraan menyangkut proyek, periode fiscal dan proyeksi jumlah; (3) laporan program dan sasaran manjemen untuk usaha masa depan. Tujuan utama investor dan analis adalah menilai pendapatan dan arus kas di masa depan.
Pengungkapan Segmen
            Investor dan analis menuntut informasi hasil perusahaan industri dan segmen geografis usaha dan keuangan signifikan dan berkembang.
Pelaporan Pertanggungjawaban Sosial
            Laporan pertanggungjawaban sosial mengacu pada pengukuran dan komunikasi informasi tentang pengaruh perusahaan terhadap kemakmuran pegawai, komunitas sosial dan lingkungan. Hal ini mencerminkan sebuah kepercayaan bahwa perusahaan bergantung pada pemegang saham dalam laporan tahunan kinerja terhadap lingkungan dan sosial mereka seperti halnya laporan keuangan yang mereka berikan pada pemegang saham. Lebih penting lagi, seperti yang di upamakan “apa yang bisa diukur, maka bisa diatur,”laporan pertanggungjawaban sosial adalah sebuah cara untuk menunjukkan sebagai perusahaan penduduk. “ ketahanan” melaporkan bahwa kesatuan ekonomi, sosial, dan kinerj lingkungan, ditunjukkan sebagai “tiga dasar pelaporan” (profit, masyarakat, dan planet). Terlebih lagi, untuk menghindari kritik bahwa laporan adalah “greenwashing” (contohnya, hubungan dengan masyarakat secara alamiah), informasi tersebut secara terus-menerus dibuktikan oleh pihak ketiga independen.
            Informasi mengenai kesejahteraan pegawai telah lama menjadi perhatian serikat buruh. Hal-hal yang menyangkut kondisi pekerjaan, keamanan bekerja, kesempatan yang sama, aneka ragam pekerjaan, dan buruh anak-anak. Pengungkapan pegawai memicu ketertarikan investor di mana mereka memberikan pengetahuan yang berguna tentang hubungan buruh pabrik, biaya, dan produktivitas.
            Pengungkapan informasi yang berhubungan dengan sejumlah pegawai adalah perhatian utama pemerintah. Pengungkapan jumlah pegawai dengan area geografis memberikan informasi kepada pemerintah setempat mengenai pengaruh kepegawaian terhadap perusahaan multinasional. Pengungkapan pegawai berdasarkan jalur usaha, sebaliknya, membantu mengidentifikasi semua industri tersebut dan aktivitas di mana investor asing secara langsung menemukan ekonomi yang menarik. Jika ada konflik antara perilaku investor dan tujuan pemerintah setempat-sebagai contoh, jika investor menanamkan modal usaha yang merekrut pekerja dengan kemampuan rendah sementara pemerintah mencari bentuk kepegawaian yang meningkatan kemampuan tinggi—tanda-tanda dari pemerintah bisa mendorong investasi modal asing pada arah yang diharapkan. Ketika digabungkan dengan pelaporan berdasarkan area geografis dan/ atau pelaporan jalur-bisnis, pengungkapan pegawai berdasarkan fungsi membuat pemerintah dan serikat buruh mampu menguji apakah praktik kepegawaian di perusahaan multinasional konsisten dengan hukum dan norma-norma daerah setempat.
            Pelaporan pertanggungjawaban sosial mengupas masalahnya sendiri. Sebagai contoh : Permasalahan dengan tiga hal mendasar dengan cepat terlihat. Pengukuran profit cukup lancar; tidak dengan pengukuran proteksi lingkungan dan keadilan sosial. Kesulitannya adalah per bagian dimana tidak ada ukuran untuk mengatur kemajuan di semua area tersebut. Bagaimana keberhasilan lingkungan bisa dipertimbangkan terhadap keadilan sosial yang telah maju—atau, untuk masalah itu, apakah memberikan perubahan terhadap profit? Dan bagaimana ketiga hal itu bisa tidak diperdagangkan satu sama lain? pengukuran profit—satu fondasi dasar lama yang bagus—menawarkan pengujian kesuksesan bisnis yang jelas. Tidak dengan tiga fondasi dasar.
            Masalahnya adalah tidak hanya dengan tidak adanya ukuran yang memperbolehkan ketiga ukuran tersebut dibandingkan satu sama lainnya. Masalahnya juga tidak ada persetujuan pada apa kemajuan bagi lingkungan, atau kemajuan di lingkungan sosial. Dengan kata lain, tidak ada ukuran dimana proteksi dengan berbeda aspek bisa dibandingkan satu sama lainnya, apalagi dengan kriteria lainnya. Hal yang sama pun berlaku untuk keadilan sosial.
            Petunjuk untuk laporan ketahanan sosial telah dikeluarkan oleh Global Reporting Initiative (GRI), sebuah lembaga independen yang bergabung dengan persatuan Program Lingkungan Nasional. Pola kerja GRI menyarankan adanya indikator pengungkapan kinerjaa di area:
-          Performa ekonomi, seperti upah, pajak, dan siumbangan komunitas.
-          Performa lingkungan, seperti rumah kaca emisi gas dan penggunaan air.
-          Performa sosial, secara spesifik
      - Praktik buruh, seperti kesehatan dan keamanan pekerja, pelatihan, dan                    pemisahan.
      - Hak asasi manusia, seperti kebijakan non-diskriminasi, pekerja dibawah                  umur dan hak-hak pribumi
      - Masyarakat, seperti pengaruh komunitas, sogokan, dan kontribusi politik
      - Tanggung jawab produk, seerti kesehatan dan keamanan pelnaggan,                       periklanan, dan privasi konsumen.

            Eco-efficiency dan pengeluaran untuk keamanan, kesehatan, dan proteksi      lingkungan
                        Eco-efficiency adalah sebuah elemen penting dalam meningkatkan   pengembangan yang berkelanjutan. Proses produksi eco-efficiency menghemat     sumber seperti bahan mentah dan energi dan mengurangi akibatnya dengan        lingkungan dengan menurunkan volume emisi dan limbah. Juga ada pengaruh positif             pada finansial.















SUMBER

Frederick, D.S. Choi dan Gary, K. Meek. 2010. International Accounting. Edisi 6. Buku 1. Diterjemahkan oleh: M. Yusuf Hamdan. Jakarta: Salemba Empat.

Sabtu, 24 Oktober 2015

toeri etika dan profesi


Teori Etika dan Profesi

Etika

Etika merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu “Ethos” yang berati adat istiadat/kebiasaan yang baik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), Etika adalah nilai mengenai benar atau salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Terdapat begitu banyak pengertian mengenai etika. Menurut Maryani dan Lugido (2001), etika adalah seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur prilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan, yang dianut oleh sekelompok atau segolongan masyarakat atau profesi. Kemudian, menurut Solomon (2000), terdapat dua definisi yang menggambarkan etika. Pertama, etika adalah karakter individu yang dikategorikan sebagai pengertian orang baik. Kedua, etika adalah hukum sosial yang mengendalikan dan membatasi prilaku seseorang.[1]
Fungsi dari etika adalah sebagai berikut;[2]
a.       Sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan berbagai moralitas yang membingungkan
b.      Etika ingin menampilkan keterampilan intelektual yaitu keterampilan untuk beragumentasi secara rasional dan kritis
c.       Orientasi etis ini diperlukan dalam mengambil sikap yang wajar dalam suasana pluralisme
Etika memiliki 6 prinsip yaitu; Keindahan, Persamaan, Kebaikan, Keadilan, Kebebasan dan Kebenaran. Keenam prinsip ini lah yang mencoba menjabarkan berbagai pedoman hidup dalam masyarakat. Di dalam etika, terdapat beberapa teori-teori yang dapat meng-aplikasikan etika, diantaranya;
1.      Deontologi; berasal dari bahasa Yunani yaitu “Deon” yang berati kewajiban. Dalam hal ini dimaksudkan bahwa manusia wajib untuk bertindak secara baik.
2.      Teleologi; dalam teori etika teleologi terdapat pengukuran baik-buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dari tindakan tersebut. Suatu tindakan dinilai baik/bermoral ketika dampak atau akibat yang ditimbulkan dari tindakan tersebut merupakan dampak yang baik dan berguna.
3.      Egoisme Etis; dimana tindakan dari setiap orang pada dasarnya adalah untuk mengejar kepentingan pribadi dan memajukan dirinya sendiri. Menurut Aristoteles “tujuan hidup dan tindakan setiap manusia adalah untuk mengejar kebahagiaanya. Egoisme ini dapat dianggap bermorak atau etis karena kebahagiaan dan kepentingan pribadi dalam bentuk kehidupan, hak dan keamanan, secara moral dianggap baik dan pantas untuk dipertahankan.
4.      Egoisme Hedonistis; dimana mengartikan tindakan bermoral sebagai tindakan yang mendatangkan kenikmatan dan menghindari penderitaan. Dalam mencapai tujuannya menghalalkan segala cara walaupun mengorbankan hak dan kepentingan orang lain.
5.      Hak; didasarkan pada martabat manusia yang sama dan sederajat
6.      Keutamaan; didefinisikan sebagai disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan dia bertingkah laku secara baik dan bermoral.[3]

Profesi

            Profesi berasal dari bahasa latin yaitu “professio”, yang berarti pengakuan atau pernyataan publik. Menurut Posner (1995), profesi merupakan suatu pekerjaan yang tidak hanya membutuhkan pengetahuan, pengalaman dan kecerdasan umum, tetapi juga penguasaan kgusus yang berupa abstraksi dari ilmu pengetahuan atau beberapa bidang lain yang memiliki struktur intelektual seperti teologi atau hukum.[4]
            Profesi merupakan suatu bentuk komitmen pribadi tinggi seseorang dalam hal keahlian, kemampuan atau pekerjaan seseorang yang dilaksanakan sebagai mata pencaharian kehidupan pokok, mengandalkan keahlian dan keterampilan tinggi. Profesi memiliki ciri-ciri yang diantaranya;
a.       Keahlian dan keterampilan khusus; profesi memiiliki suatu keahlian dan keterampilan khusus untuk bisa menjalankan pekerjaannya dengan baik
b.      Komitmen; profesi dijalankan oleh seseorang yang berkomitmen moral tinggi untuk melakukan pengabdian diri kepada masyarakat
c.       Izin; profesi tinggi memerlukan perizinan khusus untuk menjalankan profesi tersebut.[5]


Teori Etika dan Profesi

            Dasar dari etika profesi adalah kewajiban pelaku profesi untuk bertindak demi kebaikan /kepentingan klien.[6] Beberapa hal yang menjadi prinsip etika profesi, antara lain;
1.      Tanggung Jawab; seseorang profesional harus bertanggung jawab terhadap segala sesuatu akibat yang dapat terjadi akibat pekerjaan yang dilakukannya. Tanggung jawab tersebut bisa ditujukan kepada kehidupan dan kepentingan orang lain, masyarakat ataupun terhadap diri pribadi.
2.      Keadilan, seorang profesional harus mampu berbuat adil, tidak merugikan hak dan kepentingan orang lain. Serta, memiliki intergritas pribadi dan moralitas tinggi.[7]

Teori Etika Profesi dalam Akuntansi [8]

Suatu profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki kode etik yang merupakan seperangkat prinsip-prinsip moral dan mengatur tentang perilaku profesional (Agoes, 1996). Tanpa etika, profesi akuntansi tidak akan ada fungsi akuntansi sebagai penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap etika profesi adalah akuntan publik, penyedia informasi akuntansi dan mahasiswa akuntansi (Suhardjo dan Mardiasmo, 2002).
Etika profesi akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik Akuntan Indonesia. Kode Etik ini mengikat para anggota Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan dapat dipergunakan oleh akuntan lainnya yang bukan atau belum menjadi anggota IAI. Kode Etik adalah norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan dengan kliennya, antara akuntan dengan sejawat, dan antara profesi dengan masyarakat (Sihwajoeni, 2000). Terdapat dua sasaran pokok dari kode etik yaitu: pertama kode etik bermaksud melindungi masyarakat dari kemungkinan dirugikan oleh kelalaian baik secara sengaja ataupun tidak sengaja dari kaum profesional. Kedua kode etik juga bertujuan melindungi keluhuran profesi tersebut dari perilakuperilaku buruk orang-orang tertentu yang mengaku dirinya profesional (Keraf, 1998). Menurut Keraf, prinsip etika profesi adalah (1) tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan, (2) tanggung jawab terhadap dampak kemasyarakatan umum, (3) keadilan, tak melanggar hak orang lain, (4) otonomi berkode etik.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), prinsip etika profesi adalah :
·         Tanggung Jawab Profesi Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
·         Kepentingan Publik Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas profesionalisme.
·         Integritas Integritas mengharuskan seorang anggota untuk antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa.
·         Obyektivitas Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.
·         Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
·         Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir. Kerahasiaan Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
·         Prilaku Profesional
·         Setiap anggota harus berprilaku yang konsisten dengan reputasi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Standar Teknis Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Fakta mengatakan bahwa berprilaku profesional diperlukan bagi semua profesi, agar profesi yang telah menjadi pilihan mendapat kepercayaan dari masyarakat (Media Akuntansi 2002). Hunt dan Vitell (1986:5-16) mengatakan bahwa kemampuan seorang profesional untuk dapat mengerti dan peka akan adanya masalah etika dalam profesinya sangat dipengaruhi oleh lingkungan budaya atau masyarakat dimana profesi itu berada, lingkungan profesinya, lingkungan organisasi atau tempat ia bekerja serta pengalaman pribadinya.


[2] Ibid
[4] Eryati Darwin, dkk. “Etika Profesi Kesehatan” (Yogyakarta;deepublish|publisher, 2014) hlm.6
[6] Daryl Koehn. “Landasan Etika Profesi”. (Yogyakarta;Kanisius,2000) hlm.147

Selasa, 19 Mei 2015

conditional sentence

Conditional Sentences are also known as Conditional Clauses or If Clauses. They are used to express that the action in the main clause (without if) can only take place if a certain condition (in the clause with if) is fulfilled. There are three types of Conditional Sentences.

IF Clause Type 1
Form
IF+ Simple Present, will-Future
Example: If I find her address, I will send her an invitation.
The main clause can also be at the beginning of the sentence. In this case, don't use a comma.
Example: I will send her an invitation if I find her address.

Use
Conditional Sentences Type I refer to the future. An action in the future will only happen if a certain condition is fulfilled by that time. We don't know for sure whether the condition actually will be fulfilled or not, but the conditions seems rather realistic – so we think it is likely to happen.
Example: If I find her address, I’ll send her an invitation.
I want to send an invitation to a friend. I just have to find her address. I am quite sure, however, that I will find it.
Example: If John has the money, he will buy a Ferrari.
I know John very well and I know that he earns a lot of money and that he loves Ferraris. So I think it is very likely that sooner or later he will have the money to buy a Ferrari.
IF Clause Type 2
Form
IF + Simple Past, main clause with Conditional I (= would + Infinitive)
Example: If I found her address, I would send her an invitation.
The main clause can also be at the beginning of the sentence. In this case, don't use a comma.
Example: I would send her an invitation if I found her address.

Were instead of Was
In IF Clauses Type II, we usually use ‚were‘ – even if the pronoun is I, he, she or it –.
Example: If I were you, I would not do this.
Use
Conditional Sentences Type II refer to situations in the present. An action could happen if the present situation were different. I don't really expect the situation to change, however. I just imagine „what would happen if …“
Example: If I found her address, I would send her an invitation.
I would like to send an invitation to a friend. I have looked everywhere for her address, but I cannot find it. So now I think it is rather unlikely that I will eventually find her address.
Example: If John had the money, he would buy a Ferrari.
I know John very well and I know that he doesn't have much money, but he loves Ferraris. He would like to own a Ferrari (in his dreams). But I think it is very unlikely that he will have the money to buy one in the near future.
IF Clause Type 3
Form
IF + Past Perfect, main clause with Conditional II
Example: If I had found her address, I would have sent her an invitation.
The main clause can also be at the beginning of the sentence. In this case, don't use a comma.
Example: I would have sent her an invitation if I had found her address.
Use
Conditional Sentences Type III refer to situations in the past. An action could have happened in the past if a certain condition had been fulfilled. Things were different then, however. We just imagine, what would have happened if the situation had been fulfilled.
Example: If I had found her address, I would have sent her an invitation.
Sometime in the past, I wanted to send an invitation to a friend. I didn't find her address, however. So in the end I didn't send her an invitation.
Example: If John had had the money, he would have bought a Ferrari.
I knew John very well and I know that he never had much money, but he loved Ferraris. He would have loved to own a Ferrari, but he never had the money to buy one.

 Source : http://www.ego4u.com/en/cram-up/grammar/conditional-sentences

artikel conditional clause

The Legend of Malin Kundang
Once upon a time, on the north coast of Sumatra lived a poor woman and his son. The boy was called Malin Kundang . They didn’t earn much as fishing was their only source of income. Malin Kundang grew up as a skillful young boy. He always helps his mother to earn some money. However, as they were only fisherman’s helper, they still lived in poverty. “Mother, what if I sail overseas?” asked Malin Kundang one day to his mother. Her mother didn’t agree but Malin Kundang had made up his mind. “Mother, if I stay here, I’ll always be a poor man. I want to be a successful person,” urged Malin kundang. His mother wiped her tears, “If you really want to go, I can’t stop you. I could only pray to God for you to gain success in life,” said his mother wisely. “But, promise me, you’ll come home.”
In the next morning, Malin Kundang was ready to go. Three days ago, he met one of the successful ship’s crew. Malin was offered to join him. “Take a good care of yourself, son,” said Malin Kundang’s mother as she gave him some food supplies. “Yes, Mother,” Malin Kundang said. “You too have to take a good care of yourself. I’ll keep in touch with you,” he continued before kissing his mother’s hand. Before Malin stepped onto the ship, Malin’s mother hugged him tight as if she didn’t want to let him go.
It had been three months since Malin Kundang left his mother. As his mother had predicted before, he hadn’t contacted her yet. Every morning, she stood on the pier. She wished to see the ship that brought Malin kundang home. Every day and night, she prayed to the God for her son’s safety. There was so much prayer that had been said due to her deep love for Malin Kundang. Even though it’s been a year she had not heard any news from Malin Kundang, she kept waiting and praying for him.
After several years waiting without any news, Malin Kundang’s mother was suddenly surprised by the arrival of a big ship in the pier where she usually stood to wait for her son. When the ship finally pulled over, Malin Kundang’s mother saw a man who looked wealthy stepping down a ladder along with a beautiful woman. She could not be wrong. Her blurry eyes still easily recognized him. The man was Malin Kundang, her son.
Malin Kundang’s mother quickly went to see her beloved son. “Malin, you’re back, son!” said Malin Kundang’s mother and without hesitation, she came running to hug Malin Kundang, “I miss you so much.” But, Malin Kundang didn’t show any respond. He was ashamed to admit his own mother in front of his beautiful wife. “You’re not my Mother. I don’t know you. My mother would never wear such ragged and ugly clothes,” said Malin Kundang as he release his mother embrace.
Malin Kundang’s mother take a step back, “Malin…You don’t recognize me? I’m your mother!” she said sadly. Malin Kundang’s face was as cold as ice. “Guard, take this old women out of here,” Malin Kundang ordered his bodyguard. “Give her some money so she won’t disturb me again!” Malin Kundang’s mother cried as she was dragged by the bodyguard, ”Malin… my son. Why do you treat your own mother like this?”
Malin Kundang ignored his mother and ordered the ship crews to set sail. Malin Kundang’s mother sat alone in the pier. Her heart was so hurt, she cried and cried. “Dear God, if he isn’t my son, please let him have a save journey. But if he is, I cursed him to become a stone,” she prayed to the God.
In the quiet sea, suddenly the wind blew so hard and a thunderstorm came. Malin Kundang’s huge ship was wrecked. He was thrown by the wave out of his ship, and fell on a small island. Suddenly, his whole body turned into stone. He was punished for not admitting his own mother.
The Sentences of Conditional If:
“Mother, what if I sail overseas?” asked Malin Kundang one day to his mother.
. “Mother, if I stay here, I’ll always be a poor man.
“If you really want to go, I can’t stop you.

Before Malin stepped onto the ship, Malin’s mother hugged him tight as if she didn’t want to let him go.